Jombang Lacakjejak.id – Dibalik kesibukan persiapan kegiatan penutupan TMMD ke 120 yang berlokasi di Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, ternyata masih banyak diantara para prajurit yang mendukung kegiatan tersebut yang mengetahui bahwa di punggung Gunung Anjasmoro tersebut ada Perkebunan salah satu aset daerah Pemerintah Kabupaten Jombang.
Sekilas kawasan Perkebunan tersebut tidak nampak dari luar karena pintu gerbang yang masih biasa biasa saja dan belum menampakan kegiatan Perkebunan dan agrowisata diluasan lahan yang hampir mencapai 100 hektar, namun setelah masuk kedalam lokasi perkebunan baru terlihat hamparan tanaman kopi jenis Robusta dan Ekselsa yang saat ini sedang giat digaungkan oleh Kepala Daerah Kabupaten Jombang sebagai produk unggulan daerah.
Lebih dalam lagi masuk kedalam menuju kantor Perkebunan yang rindang dan asri serta tertata bersih, bagi sebagian pengunjung yang pernah datang kesini, dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir ini. Jumat (07/06/2024).Perkebunan ini memang mulai mengeliat berbenah diri muncul sebagai salah satu destinasi wisata yang ada di Kecamatan Wonosalam, juga merupakan aset daerah yang juga sudah menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)dari hasil perkebunannya.
Lebih jauh lagi, juga terlihat aktifitas karyawan kebun yang sedang merawat tanaman perkebunan, mulai dari pembibitan tanaman,perawatan tanaman, peremajaan tanaman, prosesing hasil kebun dan kegiatan lainnya, seperti penjualan hasil kebun yang merupakan penopang utama pendapatan perkebunan yang dikelola oleh manajemen guna untuk mencukupi operasional serta Pendapatan Asli Daerah.
Dari 38 jenis tanaman yang ada di kelompokan pada zonasi wilayah tanam, terdapat kelompok tanaman Perkebunan, tanaman Agro, tanaman musiman serta tanaman industri.
Menurut Tjahja Fadjari Pimpinan Perkebunan mengatakan ,” Tanaman Perkebunan adalah jenis tanaman yang menjadi tanaman wajib yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan Propinsi untuk mendukung hasil Perkebunan Jawa Timur seperti Kopi, Cengkeh, Kakao, Durian , Petai dan jenis kayu.Sedangkan tanaman Agro seperti tanaman buah-buahan sebagai pendukung untuk pengembangan kawasan Agro edukasi wisata, tanaman semusim yakni ketela pohon, Jagung, pisang dimanfaatkan sebagai penunjang pendapatan kebun, sedangkan untuk kegiatan diluar musim budidaya tanaman juga dikembangkan tanaman industri seperti Porang, Talas bening, Mengkudu, Lada, Pinang.
Dengan 20 orang karyawan serta tambahan karyawan harian lepas yang jumlahnya variatif menyesuaikan kebutuhan budidaya yang berasal dari desa sekitar perkebunan.
Perusahaan Daerah Perkebunan ini cukup menjadi penggerak perekonomian bagi masyarakat sekitar, dan diharapkan dengan penambahan unit kerja di sektor wisata nanti akan berkembang lebih banyak lagi masyarakat yang terlibat bekerja di Perkebunan Panglungan,” jelasnya.
Pimpinan Perkebunan Panglungan menambahkan ,”Kalau hanya mengandalkan dari hasil perkebunan yang diperoleh setahun sekali, tidak cukup untuk menopang operasional kebun ataupun PAD, solusinya adalah harus ada pengaturan panen tanaman jangka pendek, menengah dan jangka Panjang serta didukung oleh pendapatan harian dengan memasukkan sektor wisata dan industri pengolahan hasil penen sebagai pendapatan utama Perkebunan, memang tidak mudah, karena budidaya tanaman butuh waktu proses antara menanam dan memetik hasil panen, paling tidak butuh waktu 5 (lima) tahun untuk penataan, peremajaan tanaman serta tanam baru,” Ungkapnya sambil menunjukkan bukti laporan ke Pemkab setiap tahunnya. (Jit)