Berita  

Situs Gunung Kuncung Dan Keberadaan Makam Mbah Wali Wonosegoro Seperti Ini Ceritanya

Jombang Lacakjejak.id – Situs Gunung Kuncung yang berada di Dusun Notorejo Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang hingga kini dalam jejaknya setiap hari banyak dikunjungi beberapa penziarah baik dari lokal warga Wonosalam maupun dari luar daerah Kabupaten Jombang dengan bukti daftar buku tamu yang sudah disiapkan juru kunci, hingga membuat nuansa tempat ini semakin sakral. Sabtu (10/06/2023).

Tim LACAK mencoba untuk menelusuri Situs yang berada di kaki Gunung Anjasmara ini, yang mana terdapat makam sesepuh yang diyakini sebagai cikal bakal pembabat hutan di Desa Wonosalam, dan warga menyebut dengan nama Eyang Senari atau lebih populer Mbah Wali Wonosegoro,

Konon, makam Mbah Wali Wonosegoro ini adalah tempat Raja Brawijaya V yang melakukan moksa ( konsep agama Hindu dan Budha) bertujuan membebaskan diri dari urusan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau punarbawa kehidupan.

Disisi lain, ada yang bercerita bahwa Mbah Wali Wonosegoro merupakan sosok bernama Eyang Senari yang dipercaya Raja Brawijaya V dan memilih menjadi rakyat biasa selepas menjadi raja Majapahit.

Situs Gunung Kuncung dan makam Wali wonosegoro ini ceritanya adalah sebagai pembabat alas atau cikal bakal adanya Wonosalam, dan dalam cerita ini saat posisi sebelum masuk agama Islam,”

“Nama gunung kuncung, tidak lepas dari keberadaan tokoh pewayangan yang disebut sebut Semar,digambarkan dengan patung Semar terletak di sisi kanan pintu pendopo makam,

“Ceritanya, dulu Semar dan Seno sedang berselisih, berkejar-kejaran sampai bawah sana, kemudian habis itu Seno menendang Semar sampai Kuncungnya terlepas melambung hingga ke atas bukit sini, maka namanya jadi Gunung Kuncung,” Beber mbah Tasrip (65 tahun), juru kunci situs Gunung Kuncung,

“Terkait situs Gunung Kuncung menjadi tempat ritual, mbah Tasrip membenarkan, bahwa menurut dirinya, niatan orang yang datang ke lokasi ini, kebanyakan berkaitan dengan pangkat, harta, dan ketenangan hati, sampai ada yang ‘lelaku’ memakan waktu dua tahun menginap di sini, soal makan seadanya di sini demi tercapainya tujuannya, juga tidak sedikit memang yang balik lagi ke sini, dan bilang sudah berhasil yang diharapkan kemudian tasyukuran mengeluarkan shodakoh disini bisa dalam bentuk makanan (Tumpeng) dan ada yang di wujudkan uang dan juga material untuk membangun akses jalan masuk menuju Gunung Kuncung ini,” Paparnya. (Jit).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *